Lingkungan gua merupakan sebuah lingkungan yang unik dan khas dengan kondisi gelap total sepanjang masa. Lingkungan gua lazim dibagi menjadi 4 zona yaitu mulut gua, zona peralihan (Zona remang-remang), zona gelap dan zona gelap total/zona stagnant, Masing-zona mempunyai karakteristik lingkungan (abiotik) yang berbeda-beda begitu juga kehidupan faunanya (biotik) (Howarth 1983, Howarth and Stone 1990, Howarth 1991).
Mulut gua merupakan daerah yang menghubungkan luar gua dengan lingkungan gua dan masih mendapatkan cahaya matahari dan kondisi lingkungannya masih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan luar gua. Temperatur dan kelembaban berfluktuasi tergantung kondisi luar gua. Mulut gua mempunyai komposisi fauna yang mirip dengan komposisi fauna di luar gua. Kondisi iklim mikro di mulut gua masih sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi di luar gua.
Zona berikutnya adalah zona peralihan atau zona remang-remang yang dicirikan dengan kondisi yang sudah gelap namun masih dapat terlihat berkas cahaya yang memantul dinding gua yang tergantung tipe gua. Di zona peralihan kondisi lingkungan masih dipengaruhi oleh luar gua yaitu masih ditemukan aliran udara. Temperatur dan kelembaban masih dipengaruhi lingkungan luar gua. Komposisi fauna mulai berbeda baik jumlah jenis maupun individu. Kemelimpahan jenis dan individu lebih sedikit dibandingkan di daerah mulut gua.
Zona gelap adalah daerah yang gelap total sepanjang masa, kondisi temperatur dan kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat kecil sekali. Jenis fauna yang ditemukan sudah sangat khas dan telah teradaptasi pada kondisi gelap total. Fauna yang ditemukan biasanya mempunyai jumlah individu yang kecil namun mempunyai jumlah jenis yang besar (Deharveng and Bedos 2000).
Zona yang terakhir adalah zona stagnant dimana sama sekali tidak terdapat aliran udara kondisi temperatur dan kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat kecil. Biasanya mempunyai kandungan karbondioksida yang sangat tinggi. Zona ini biasanya terdapat pada sebuah ruangan yang lorongnya sempit dan berkelok-kelok.
Berdasarkan keberadaan aliran sungai di dalam gua terdapat beberapa istilah gua fosil dan gua aktif. Gua fosil adalah gua yang sudah tidak mempunyai aliran sungai di dalam gua sehingga sepanjang lorong gua sama sekali tidak ditemukan aliran sungai yang berasal dari permukaan gua.
Air di dalam gua biasanya berasal dari air perkolasi yang berasal dari permukaan tanah yang mengalir ke dalam gua melalui sistem celah rekahan dalam batu gamping. Air ini menetes dan membentuk ornamen gua seperti stalagtit dan stalagmit serta kolam-kolam air kecil yang sangat menarik. Sedangkan gua aktif adalah gua yang terdapat aliran sungai di dalam gua yang berasal dari luar gua baik besar maupun kecil. Gua tipe ini sangat dipengaruhi kondisi luar gua seperti terjadinya banjir pada saat musim hujan.
Gua tidak hanya merupakan satau lorong tunggal saja namun juga dapat terdiri dari berbagai macam lorong yang bercabang-cabang dan berkelok-kelok yang ditentukan oleh proses speleogenesisnya. Lorong gua yang bercabang-cabang, berkelok-kelok dan bahkan bertingkat sehingga membentuk satu sistem biasanya disebuk dengan sistem gua.
Dalam sistem gua ini biasanya terdapat lorong aktif, lorong vadose dan lorong fosil yang ditentukan berdasarkan keberadaan aliran air. Lorong aktif sama dengan gua aktif dimana ditemukan aliran air dan pembentukan ornamen gua masih berjalan. Lorong vadose adalah lorong gua yang seluruh lorongnya dipenuhi oleh air dan untuk melewatinya memerlukan teknik khusus. Sedangkan lorong fosil adalah lorong yang biasanya berada bagian atas lorong aktif dan lorong vadose. Lorong ini sudah tidak mempunyai aliran air karena turunnya permukaan air. Kondisi lorong yang berbeda-beda sangat menentukan kekayaan fauna di dalam gua karena variasi habitat berkorelasi positif dengan keanekaragaman fauna gua (Poulson and White 1967).
Mulut gua merupakan daerah yang menghubungkan luar gua dengan lingkungan gua dan masih mendapatkan cahaya matahari dan kondisi lingkungannya masih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan luar gua. Temperatur dan kelembaban berfluktuasi tergantung kondisi luar gua. Mulut gua mempunyai komposisi fauna yang mirip dengan komposisi fauna di luar gua. Kondisi iklim mikro di mulut gua masih sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi di luar gua.
Zona berikutnya adalah zona peralihan atau zona remang-remang yang dicirikan dengan kondisi yang sudah gelap namun masih dapat terlihat berkas cahaya yang memantul dinding gua yang tergantung tipe gua. Di zona peralihan kondisi lingkungan masih dipengaruhi oleh luar gua yaitu masih ditemukan aliran udara. Temperatur dan kelembaban masih dipengaruhi lingkungan luar gua. Komposisi fauna mulai berbeda baik jumlah jenis maupun individu. Kemelimpahan jenis dan individu lebih sedikit dibandingkan di daerah mulut gua.
Zona gelap adalah daerah yang gelap total sepanjang masa, kondisi temperatur dan kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat kecil sekali. Jenis fauna yang ditemukan sudah sangat khas dan telah teradaptasi pada kondisi gelap total. Fauna yang ditemukan biasanya mempunyai jumlah individu yang kecil namun mempunyai jumlah jenis yang besar (Deharveng and Bedos 2000).
Zona yang terakhir adalah zona stagnant dimana sama sekali tidak terdapat aliran udara kondisi temperatur dan kelembaban mempunyai fluktuasi yang sangat kecil. Biasanya mempunyai kandungan karbondioksida yang sangat tinggi. Zona ini biasanya terdapat pada sebuah ruangan yang lorongnya sempit dan berkelok-kelok.
Berdasarkan keberadaan aliran sungai di dalam gua terdapat beberapa istilah gua fosil dan gua aktif. Gua fosil adalah gua yang sudah tidak mempunyai aliran sungai di dalam gua sehingga sepanjang lorong gua sama sekali tidak ditemukan aliran sungai yang berasal dari permukaan gua.
Air di dalam gua biasanya berasal dari air perkolasi yang berasal dari permukaan tanah yang mengalir ke dalam gua melalui sistem celah rekahan dalam batu gamping. Air ini menetes dan membentuk ornamen gua seperti stalagtit dan stalagmit serta kolam-kolam air kecil yang sangat menarik. Sedangkan gua aktif adalah gua yang terdapat aliran sungai di dalam gua yang berasal dari luar gua baik besar maupun kecil. Gua tipe ini sangat dipengaruhi kondisi luar gua seperti terjadinya banjir pada saat musim hujan.
Gua tidak hanya merupakan satau lorong tunggal saja namun juga dapat terdiri dari berbagai macam lorong yang bercabang-cabang dan berkelok-kelok yang ditentukan oleh proses speleogenesisnya. Lorong gua yang bercabang-cabang, berkelok-kelok dan bahkan bertingkat sehingga membentuk satu sistem biasanya disebuk dengan sistem gua.
Dalam sistem gua ini biasanya terdapat lorong aktif, lorong vadose dan lorong fosil yang ditentukan berdasarkan keberadaan aliran air. Lorong aktif sama dengan gua aktif dimana ditemukan aliran air dan pembentukan ornamen gua masih berjalan. Lorong vadose adalah lorong gua yang seluruh lorongnya dipenuhi oleh air dan untuk melewatinya memerlukan teknik khusus. Sedangkan lorong fosil adalah lorong yang biasanya berada bagian atas lorong aktif dan lorong vadose. Lorong ini sudah tidak mempunyai aliran air karena turunnya permukaan air. Kondisi lorong yang berbeda-beda sangat menentukan kekayaan fauna di dalam gua karena variasi habitat berkorelasi positif dengan keanekaragaman fauna gua (Poulson and White 1967).