BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman alam hayati yang berjajar dari pulau Sumatra sampai Papua. Di antara tumbuhan dan hewan yang sangat beragam,salah satunya adalah kelelawar. Kelelawar di Indonesia sendiri ada lebih dari 200 jenis kelelawar atau sekitar 20% dari semua jenis di dunia yang telah dikenal. Peranan kelelawar sangat banyak yaitu sabagai mamalia terbang terbesar di dunia, sangat penting dalam pemencaran biji pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan komersil dan sebagai pengendali hama serangga (Nofit, 2010).
Kelelawar telah membangkitkan minat orang sepanjang sejarah. Kualitas unik kelelawar telah membuatnya istimewa di antara semua makhluk hidup. Kelelawar terbang seperti burung, menggigit seperti tikus, bersembunyi di siang hari, dan melihat dalam gelap. Kelelawar adalah salah satu mamalia yang luar biasa, tidak hanya sebagai mamalia bersayap yang bisa terbang, tetapi juga mempunyai kemampuan ekolokasi. Di malam hari, mereka menggunakan sonar biologis untuk bernavigasi dan menghindari benda-benda. Sonar inilah yang membantu mereka untuk "melihat" pada malam hari yang gelap.
Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Sayap mamalia merupakan hasil modifikasi dari selaput yang berada di tulang lengan. Pada sayap-sayap kelelawar dapat terlihat jelas pembuluh darah yang ada untuk mendistribusikan energi keseluruh bagian tubuhnya. Kelelawar juga memiliki puting susu yang merupakan ciri dari hewan mamalia. Waktu reproduksi hewan ini berlangsung lama karena pada proses perkawinan berlangsung lama, ovulasi, fertilisasi, implantasi dan perkembangan janin juga tertunda. Sehingga satu hewan jantan dapat mengawini lebih dari 2 ekor betina untuk tetap mempertahankan jumlah populasi dari kelelawar ini sendiri (Nofit, 2010).
Kelelawar dalam fungsi ekologi sangat penting karena hewan itu menjaga keanekaragaman tumbuhan hutan tropis. Selain sebagai penyerbuk bunga, kelelawar juga sebagai pemencar biji. Sembilan puluh lima persen tumbuh-tumbuhan yang dipencarkan bijinya oleh hewan berasal dari kelelawar. Sisanya oleh hewan lain, seperti monyet, babi, badak , dan burung. Hewan ini hanya memakan daging buah yang dikunyah-kunyah untuk diambil cairannya, bagian serabut daging buah disepah dan bijinya yang telah bersih dari daging buah dibuang. Kelelawar juga berperan sebagai penyerbuk bagi pohon-pohon di hutan, termasuk pohon-pohon dengan nilai komersial tinggi, seperti durian, randu, dan jenis lainnya di hutan mangrove. Di Indonesia jenis kelelawar yang sudah diketahui sebanyak 215 jenis, sedangkan di dunia ditaksir berjumlah 977 jenis (Puniman, 2003).
Kelelawar umumnya aktif pada malam hari, dan hanya beberapa jenis saja yang aktif pada siang hari. Beberapa jenis kelelawar hidup di sekitar permukiman manusia, tetapi sebagian besar hidup di dalam hutan. Hewan ini banyak sekali manfaatnya bagi manusia. Akan tetapi kini populasinya semakin merosot akibat perubahan habitat hutan dan penangkapan oleh manusia (Puniman, 2003).
Informasi yang diketahui sangat sedikit mengenai evolusi kelelawar, karena fosil yang ditemukan 55 juta tahun yang lalu ternyata sudah seperti kelelawar yang ada pada saat ini. Kelelawar pertama yang diketahui diberi nama Icaronycteris, hidup di Amerika Utara dan memiliki lebar sayap sepanjang 37 cm (Adi, 2007).
Untuk mengetahui berapa banyak jenis kelelawar yang ada di Indonesia, maka dilakukanlah pengoleksian dari jenis-jenis kelelawar yang ada di Indonesia. Pengelolaan koleksi adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut berbagai aspek kegiatan, dimulai dari pengadaan koleksi, registrasi dan inventarisasi, perawatan, penelitian sampai koleksi tersebut disajikan di ruang pamer atau di simpan pada ruang penyimpanan (Direktorat Museum, 2007).
B. Profil Institusi Mitra
1. Sejarah Pusat Penelitian Biologi
Sejarah Pusat Penelitian Biologi (P2B) dapat ditarik kembali semenjak era kolonial sekitar tahun 1800-an. Pada 1834 Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jawa, mendirikan kebun raya di Bogor, yang kemudian dikembangkan menjadi stasiun penelitian bernama Land Plantentuin. Stasiun ini mengakomodasi seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bidang taksonomi tumbuhan maupun hewan, di mana ribuan kehidupan liar Indonesia kemudian diberi nama ilmiah. Seiring dengan perkembangannya, penelitian juga memberi perhatian terhadap perkembangan ilmu serangga (entomologi) sejalan dengan kenyataan bahwa pada waktu itu serangga merupakan hama utama bagi pertanian. Hal tersebut memberi jalan bagi berdirinya Museum Zoologicum Bogoriense, atau Museum Zoologi Bogor 1894. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, mampu mendominasi forum ilmiah internasional, sehingga institusi ini menjadi semakin kuat, juga karena lembaga ini sangat berarti bagi dunia ilmiah internasional. Sejak awal abad ke-20, lembaga ini tidak terpengaruh oleh perang yang berkecamuk hingga negara Indonesia memperoleh kemerdekaannya, lembaga tersebut selalu terbebas dari pengaruh kondisi politik maupun kekacauan sosial. Pada masa setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mengubah nama Land Plantentuin menjadi Lembaga Hortus Botanicus Pusat (LHBP), atau Kebun Raya Indonesia (KRI), yang dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor (KRB). Lembaga ini berada dibawah administrasi Djawatan Penelitian Alam (DPA), yang kemudian diganti namanya menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) dibawah Departemen Pertanian.
Pada tahun 1962 berdasar dekrit MPR No. II, 1960, Kebun Raya Bogor dan LPPA itu sendiri dipisahkan dari Departemen Pertanian, dan diganti namanya menjadi Lembaga Biologi Nasional (LBN) dibawah administrai Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI), yang kemudian berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam perkembangan selanjutnya berdasar Dekrit Presiden No.I, 1986 tentang reorganisai LIPI, nama Lembaga Biologi Nasional diganti menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, yang diikuti dengan didirikannya dua lembaga baru yaitu Puslitbang Bioteknologi dan Puslitbang Limnologi. Berdasarkan Keputusan Kepala LIPI - No.23/kep/D.5/1987 Pusat Penelitian Biologi ditugaskan untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu biologi, memperbaiki kemampuan komunitas ilmiah, dan mengembangkan jasa-jasa dan distribusi informasi biologi dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keragaman biologi Indonesia.
2. Sejarah dan Peranan Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) memulai kegiatannya sejak berdiri di Bogor pada tahun 1894 merupakan bagian dari Lands Plantentuin. Pada awal didirikannya, MZB berfungsi sebagai Laboratorium Zoologi yang memberi wadah penelitian yang berkaitan dengan binatang hama dan penyakit pada tanaman dengan nilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan pendapatan pemerintah Belanda saat itu.
Dr. J. C. Koningsberger, seorang ahli zoologi pertanian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah MZB. Koningsberger memulai pekerjaannya pada bulan Agustus 1894 di Bogor yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi MZB. Dipacu oleh perkembangan pengetahuan dan tuntutan di bidang zoologi, maka fungsi laboratorium zoologi diperluas, meliputi kegiatan koleksi dan inventarisasi fauna yang pada saat itu lebih banyak terfokus pada serangga. Saat itu sebagian peranan sebagai sebuah museum yang meliputi kegiatan mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi mulai terpenuhi. Bersama-sama dengan Dr. M. Treub, Koningsberger melanjutkan usaha untuk menambah koleksi fauna sebagaimana layaknya koleksi sebuah museum sejarah alam di Bidang Zoologi. Obsesi Koningsberger dapat terwujud dengan selesainya pembangunan gedung museum seluas 402 m2 pada bulan Agustus 1901 yang digunakan sebagai pameran koleksi fauna yang telah dikumpulkannya. Museum tersebut kemudian diberi nama Landbouw Zoologisch Museum. Sepanjang perkembangannya, balai ini telah beberapa kali mengalami pergantian nama. Perluasan lingkup kerja museum terjadi pada tahun 1986 melalui Surat Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1986, yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Ketua LIPI No. 23/Kep/D.5/87 Tahun 1987, maka MZB dikukuhkan menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi (Balitbang Zoologi) yang bernaung di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI (Puslitbang Biologi-LIPI) (Kardasan dkk, 1994).
Sejak berdirinya sampai dengan tahun 1997, Bidang Zoologi menempati gedung bersejarah di dalam Kebun Raya Bogor, yang secara ilmiah merupakan kebun raya terkenal di dunia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan agar kegiatan penelitian dapat ditampung, maka Bidang Zoologi pindah dan menempati gedung baru di Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong (Cibinong Science Centre). Gedung yang diberi nama Widyasatwaloka ini dibangun dengan bantuan dana dari Pemerintah Jepang pada tahun 1997. Sedangkan fasilitas penyimpanan koleksi diadakan dengan bantuan dana GEF/Word Bank dalam rangka peningkatan kualitas dan pengelolaan koleksi ilmiah spesimen bertaraf internasional. Demikian juga laboratorium genetika, biologi reproduksi dan nutrisi yang saat ini sudah berstandar dunia. Fasilitas baru ini meningkatkan perkembangan lebih lanjut dari Bidang Zoologi. Jumlah spesimen yang dikoleksi untuk menunjang kegiatan penelitian biosistematika, ekologi dan fisiologi meningkat pesat. Bidang Zoologi bertekad untuk menjadi lembaga pelopor yang mampu memberikan informasi ilmiah tentang fauna Indonesia.
3. VISI dan MISI Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Menjadi acuan dan pusat informasi terpercaya mamalia Indonesia
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Adapun tugas pokok dan fungsi Museum Zoologi Bogor adalah :
1. Koleksi
Indonesia memiliki sekitar 701 jenis hewan mamalia sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkaya dalam keanekaragaman jenis mamalia. Sampai saat ini (Juli 2009) koleksi ilmiah hewan mamalia terdiri dari sekitar 470 jenis (± 32000 spesimen). Kekayaan koleksi ilmiah mamalia ini merupakan kebanggaan bangsa Indonesia. Koleksi ini sangat bermanfaat untuk kepentingan ilmiah antara lain: materi penelitian, bahan referensi, sumber data keragaman jenis, dan bahan pendidikan.
2. Program
a. Melakukan kajian biosistematika karakter hewan mamalia, inventarisasi dan evaluasi keberadaannya, dan potensinya.
b. Peningkatan kapabilitas staf peneliti mamalia melalui penguatan kompetensi, kerjasama, pendidikan dan pelatihan
3. Penelitian
Laboratorium Mamalia melakukan penelitian yang mencakup biosistematika, keanekaragaman, sebaran dan potensi hewan mamalia yang bertujuan pada konservasi dan pendayagunaan secara berkesinambungan. Puluhan jenis/anak jenis baru dan rekaman baru (new record) hewan mamalia telah dideskripsi oleh staf peneliti Laboratorium Mamalia.
4. Pelayanan dan Jasa
a. Identifikasi mamalia
b. Konsultasi
c. Pengawetan dan pembuatan spesimen ilmiah mamalia
d. Pembibingan dan pengajaran
e. Ceramah
5. Struktur Organisasi
Nama | Posisi | Keahlian/Bidang Penelitian |
Peneliti/Kepala Lab | Biosistematika dan ekologi mamalia kecil | |
Peneliti | Biosistematika dan ekologi mamalia kecil | |
Dr. Gono Semiadi | Peneliti | Ekologi dan konservasi wildlife/ Mamalia besar |
Dr. Ibnu Maryanto | Peneliti | Biosistematika dan ekologi mamalia kecil |
Dr. Sugardjito | Peneliti | Ekologi dan konservasi endangered wildlife |
Kandidat Peneliti | Ekologi primata dan karnivora | |
drh. Anang S. Achmadi | Kandidat Peneliti | Biosistematika Rodentia |
Sigit Wiantoro, M.Si | Kandidat Peneliti | Biosistematika Chiroptera |
M.H. Sinaga, S.Si | Teknisi | |
Nanang Supriatna | Teknisi | |
Kurnianingsih | Teknisi |
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapatkan dirumuskan masalah yaitu bagaimana proses pengelolaan koleksi spesimen basah dan kering kelelawar di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB)?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan terlibat secara langsung dalam dunia kerja yang profesional.
b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu sesuai dengan bidang yang diperoleh di bangku kuliah.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan baru di bidang zoologi khususnya di laboratorium mamalia.
d. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dalam kaitannya dengan penelitian yang berhubungan dengan Tugas Akhir.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui cara penanganan dan pengelolaan koleksi basah dan kering dari spesimen kelelawar di laboratorium.
E. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mengetahui dan melatih keterampilan dalam pengelolaan koleksi basah dan kering dari spesimen kelelawar.
b. Mahasiswa memperoleh panduan dasar dalam pengerjaan spesimen kelelawar yang nantinya akan dilakukan saat pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir.
2. Bagi Instansi Tempat PKL
a. Sebagai pelaksanaan fungsi lembaga di bidang pendidikan dan pemasyarakatan biologi, khususnya dibidang zoologi.
b. Memperoleh bantuan dalam pengerjaan dan pengelolaan koleksi basah dan kering spesimen kelelawar di laboratorium mamalia.
3. Bagi Pendidikan
Laporan PKL ini bermanfaat untuk menambah referensi bagi pihak yang membutuhkan terkait dengan pengelolaan koleksi basah dan kering dari spesimen kelelawar di laboratorium.